Oleh Harry Jusron
Kepala Bidang Indikator Sistem Iptek Nasional Kementerian Negara Riset dan TeknologiPesisir pantai Pulau Jawa adalah contoh paling nyata dari keserakahan manusia. Setiap tahun, hutan bakau di Pulau Jawa terus menyusut akibat ulah manusia, baik dibabat untuk kepentingan pertambakan maupun untuk pembangunan perumahan-perumahan mewah, dengan berbagai fasilitas di dalamnya.
Pada 1997 saja, luas hutan mangrove di Pulau Jawa sudah tinggal 19.077 hektare (ha) atau hanya tersisa sekitar 11,1956. Penyusutan terbesar terjadi di Jawa Timur, dari luasan 57.500 ha menjadi hanya 500 ha (8%), kemudian di Jawa Barat, dari 66.500 ha tinggal kurang dari 5 ribu ha.
Sedangkan di Jawa Tengah, tinggal 13.577 ha, dari 46.500 ha (tinggal 29%). Sementara itu, luas tambak di Pulau Jawa adalah 128.740 ha, yang tersebar di Jawa Barat (50.330 ha), Jawa Tengah (30.497 ha), dan di Jawa Timur (47.913 ha).
Untung dan Buntung
Dalam satu dekade terakhir ini, penyusutan hutan bakau tidak hanya terjadi akibat pembukaan lahan untuk pertambakan, tapi lebih karena daya tarik ekonomi yang menjanjikan. Setiap tahun, ratusan ribu hektare hutan bakau dibabat dan diubah menjadi taman rekreasi atau perumahan mewah, dengan berbagai fasilitasnya yang juga tak kalah wah-nya, seperti lapangan golf dan pusat-pusat perbelanjaan.
Siapa yang mendapatkan keuntungan terbesar dari berubahnya hutan bakau menjadi perumahan mewah? Pertama, tentu saja pengembang. Dengan kepemilikan lahan kosong yang siap bangun, para pengembang bisa dengan gampang menjualnya dengan harga jutaan rupiah per meter persegi. Harga tersebut bisa berlipat bila di atas